Kutipan
dan Sistem Rujukan
A. Kutipan
Dalam menulis karya
ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan
sebagai alat untuk memperkuat
argumentasi kita. Dalam upaya tersebut,
perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu.
Kutipan terdiri atas
dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung
dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung kita
tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks atau bagian teks yang kita
kutip tersebut sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung kita
diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks
aslinya. Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran
orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita
kepada orang yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung memiliki
ciri-ciri tersendiri.
Ciri kutipan langsung adalah
(1) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli,
(2) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3) Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan, dan (4) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Ciri kutipan langsung adalah
(1) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli,
(2) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3) Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan, dan (4) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses ini,
kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang mengutip teks yang pendek.
Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris
sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris. Kutipan pendek (1)
diintegrasikan langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan,
(3) jangan lupa, sumber kutipan. Kutipan langsung panjang (1) dipisahkan dari
teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih kecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip oleh tidak, dan
(3) jangan lupa, sumber kutipan harus
ada. Kutipan langsung, baik yang pendek
maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara:
spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap
teks asli.
Kutipan tidak langsung
disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri (1) diintegrasikan dengan
teks, (2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus menyertakan sumber
kutipan.
Mengenai sumber
kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak ingin digolongkan
sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan
pencurian terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain
terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga
berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai
etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya.
B. Sistem
Rujukan
Dalam upaya menjaga etika ilmiah dalam
hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita mengenal sistem catatan.
Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu selingkung sehingga muncul
variasi dalam penulisannya. Tidak heran apabila sistem yang digunakan oleh
bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh bidang ilmu
lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua sistem perujukan yang sering
digunakan, yaitu (1) catatan kaki, dan
(2) catatan belakang.
Catatan
Kaki
adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman sedangkan Catatan Belakang ada di akhir bab
(dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah makalah).
Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis:
referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data
semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka Arab. Teks di
bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah tulisan mengenai
hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip pendapat seorang tokoh
psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini menulis buku berjudul
Batas Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia di Jakarta. Di
halaman 159, penulis buku membuat pernyataan yang cukup penting mengenai
mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan diberi catatan (bagian yang
dikutip ditebalkan).
Setiap orang akan
dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan profesi seseorang. Orang
yang sukses berniaga punya kecenderugan bertindak dan menantang risiko di mana
perlu.1 Seperti dikatakan oleh John Maynard Keynes, dst.
_______________ 1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
_______________ 1Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
Informasi Tambahan pada sistem catatan digunakan
apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian
dari uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas
kasus yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan
informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut.
Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan
Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia— Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol.
11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48— 57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai
usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh
itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara itu,
tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya
lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan
Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir
dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita
menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar;
perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya
kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari
Indonesia.17
_________________ Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesia ternyata tidak pernah terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagai penghargaan atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, 10 Maret 1979.
_________________ Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesia ternyata tidak pernah terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagai penghargaan atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, 10 Maret 1979.
Dalam hal catatan kaki
yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan menggunakan
beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan halaman
yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan
dipergunakan dengan benar.
Ibid,
Op.Cit, dan Loc.Cit.
ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid
berasal dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah
ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela
oleh sumber yang lain. Op.Cit.
berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’.
Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa sebuah buku
yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh sumber yang
lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco
citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu
kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istlah ini
dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela
oleh sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini.
1Donald
B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
2Ibid.
3Ibid, hlm. 40.
4Ibid, hlm. 46.
5Boen S. Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm. 121.
6Arnold Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35.
7Donald B. Calne, Op.Cit., hlm. 170.
8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.
2Ibid.
3Ibid, hlm. 40.
4Ibid, hlm. 46.
5Boen S. Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm. 121.
6Arnold Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35.
7Donald B. Calne, Op.Cit., hlm. 170.
8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.
Daftar
Pustaka
Daftar
pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang
penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut
harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau
Kepustakaan dengan fungsi sebagai berikut.
1. Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacan ya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4. Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya. Ada beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat polapola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya sama.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) nama penulis,
(2) tahun terbitan sumber yang bersangkutan,
(3) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
(4) data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
1. Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacan ya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4. Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya. Ada beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat polapola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya sama.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) nama penulis,
(2) tahun terbitan sumber yang bersangkutan,
(3) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
(4) data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
Dalam
menyusun Daftar Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:
(1) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2) jarak antarbaris 1 spasi,
(3) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi,
(4) diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang) Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.
(1) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2) jarak antarbaris 1 spasi,
(3) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi,
(4) diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang) Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.
Format MLA
Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep, Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago
University Press, 1992.
Oemarjati, Boen S.
“Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format APA
Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep, Arnold Van.
(1992). The Ritus of Passage.
Chicago: Chicago University Press.
Oemarjati, Boen S.
(2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam
Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press.
Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press.
Apabila
pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang
dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang
atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang
artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Contoh:
Dua
Penulis:
Gustianti, Rina dan
Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat
Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga
Penulis:
Gustianti, Rina,
Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat
Penulis:
Gustianti,
Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi
Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Sumber rujukan:
Buku modul bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar