A. Pengertian Ejaan
Ejaan =
ketentuan atau kaidah yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan-satuan kata,
kelompok kata, atau kalimat, beserta penggunaan tanda baca.
Sejarah = 1) Ejaan Van Ophuysen (1901)
2)
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
(1947) *3) Ejaan Pembaharuan (1957)
*4) Ejaan Melaju Indonesia / Melindo (1959)
*5) Ejaan Lembaga Bahasa
Kesusasteraan / LBK (1966)
6) Ejaan Yang
Disempurnakan / EYD (1972)
(* = ejaan yang tidak sempat
disahkan oleh Pemerintah Indonesia)
Huruf
ð konsonan (huruf mati)
ð vokal (huruf
hidup)
ð kluster (ng, ny, sy, kh)
ð diftong (au,
ai, oi)
B. Huruf Kapital
1.
Huruf pertama kata pada awal kalimat
atau pada kalimat langsung Contoh: Adik bertanya, ―Kapan kita pulang?‖
―Besok
kita pulang,‖ jawab ibu.
2.
Huruf pertama kata yang berhubungan
dengan agama, nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
Contoh: Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab,
Alqur‘an, Islam
3.
Huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang (nama instansi atau nama tempat)
Contoh: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Presiden
Soekarno, Kepala Desa Sukamaju, Presiden Indonesia (bandingkan: Tahun depan ia
menunaikan ibadah haji.
Bulan lalu ia dilantik menjadi
kepala desa.)
4.
Huruf pertama unsur nama orang,
kecuali unsur yang digunakan untuk nama jenis
Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika (bandingkan: mesin diesel,
voltase)
5.
Huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa, kecuali yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan
Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
(bandingkan: kejawa-jawaan, mengindonesiakan)
6.
Huruf pertama nama tahun, bulan,
hari raya, dan peristiwa sejarah, kecuali peristiwa sejarah yang bukan
merupakan nama
Contoh: tahun Hijriah, bulan Mei, hari Minggu, hari Natal,
Perang Dunia I (bandingkan: Serangan Amerika ke Iraq mengakibatkan perang
dunia)
7.
Huruf pertama nama geografi, kecuali
nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan yang digunakan sebagai nama
jenis
Contoh: Asia
Tenggara, Bukit Barisan, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah
Arab, Kali Brantas (bandingkan: apel malang, reog ponorogo, lenong betawi, tahu
kediri)
1.
Nama lembaga/badan pemerintahan dan
ketatanegaraan, dokumen resmi Contoh: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,
Peraturan Pemerintah No. 2
9.
Bentuk ulang sempurna pada
lembaga/badan pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi
Contoh: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
1945
10. Nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan
Contoh: Dia adalah wartawan surat kabar Sinar
Pembangunan.
11. Singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan
Contoh: Tn., Prof., Dr., dr., Brigjen, Hj., A.Md, SE,
S.Sn, MA, M.Sc, Ph.D
12. Kata
penunjuk hubungan kekerabatan dalam penyapaan Contoh: ―Kapan Bapak berangkat?‖
tanya Santi.
Surat
Saudara sudah saya terima.
(bandingkan:
―Kapan bapak berangkat?‖ tanya Santi kepada ibu.)
13. Kata ganti Anda
Contoh: Surat Anda sudah kami terima.
C. Huruf Miring
1.
Nama buku, majalah, dan surat
Contoh: Ia membaca majalah Tempo.
2.
Huruf, bagian kata, kata atau
kelompok kata yang ditegaskan Contoh: Di tengah pasar ada s, di
tengah kampung ada p.
3.
Ungkapan atau istilah asing, kecuali
yang telah diindonesiakan Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
Mangostana.
Politik
devide et impera merajalela di negeri ini. (bandingkan: Negara itu telah
mengalami empat kali kudeta.)
D. Kata Turunan
1.
Imbuhan ditulis serangkai dengan
kata dasarnya
Contoh: dikelola, penetapan, mempermainkan, bertepuk
tangan
2.
Kata dasar dengan awalan dan akhiran
sekaligus, ditulis serangkai Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan,
penghancurleburan
3.
Gabungan kata bentuk terikat dan
kata dasar, ditulis serangkai Contoh: antarkota, dwiwarna, ekstrakurikuler,
nonteknis, pascabedah
4.
Gabungan yang maknanya tidak dapat
dikembalikan pada makna unsur-unsurnya, ditulis sebagai bentuk tunggal
Contoh: daripada, barangkali, saputangan, padahal,
bilamana, matahari
5.
Kata maha dan peri
ditulis serangkai dengan kata dasar, ditulis terpisah dengan kata berimbuhan.
Contoh: Mahamurah, Mahakasih, Maha Pemurah, Maha Pengasih
peri kemanusiaan, peri kehidupan, perihal, perilaku (bandingkan: Maha Esa, Maha
Adil)
6.
Awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata ulang Contoh: berkejar-kejaran, bersahut-sahutan, didorong-dorong
7.
Pengulangan gabungan kata cukup
mengulang kata pertama saja Contoh: meja-meja tulis, buku-buku gambar,
rumah-rumah sakit
E. Partikel
1.
-lah dan -kah ditulis
serangkai dengan kata pendahulunya Contoh: Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah
yang ditulis dalam surat itu?
pun
ditulis terpisah dari KB, KK, KS, KBil. pendahulunya, tetapi
ditulis serangkai dengan KHub. pendahulunya
Contoh: Apa pun kata Anda, saya tidak akan percaya. Meskipun
dilarang, saya akan tetap melakukannya.
2.
per yang
berarti ‗mulai‘ dan ‗tiap‘ ditulis terpisah, per yang berarti ‗dibagi‘
dalam bilangan pecahan ditulis serangkai
Contoh: Penghasilannya di atas Rp.5.000,00 per hari.
Ia
mulai bekerja per Agustus 2002. Tiga persepuluh, lima pertujuh.
F. Kata Ganti
1.
aku/saya, kamu/engkau, ia/dia, kami,
mereka ditulis terpisah Contoh: Jika dilarang pergi, aku akan di sini saja.
Dia
tidak mau bekerja.
2. ku- dan kau-
sebagai awalan pasif persona ditulis serangkai,
-ku,
-mu, dan -nya sebagai kata ganti milik ditulis serangkai Contoh: Apa yang
kumiliki boleh kauambil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di rumah.
G. Singkatan
1.
Singkatan nama orang diikuti satu
tanda titik
Contoh: A.S. Kramawijaya. Muh. Yamin, Suman Hs.
2.
Singkatan dengan tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik Contoh: dll., dsb., hlm., sda., Sdr.
(bandingkan:
a.n., d.a., u.b., u.p.)
3.
Singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu (kuprum), TNT (trinitronlen), cm (sentimeter), l
(liter), kg (kilogram), Rp (rupiah)
H. Lambang Bilangan
1.
Nomor jalan, nomor rumah, dan nomor
kamar ditulis dengan angka Contoh: Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel
Indonesia, Kamar 169
2.
Nomor bagian karangan dan ayat kitab
suci ditulis dengan angka Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surat Yasin: 9
3. Lambang
bilangan dengan huruf
Contoh: 12 ® dua belas
32 ® tiga puluh dua
252
®
dua ratus lima puluh dua ¾ ® tiga perempat
1% ® satu persen
1,2
® satu dua persepuluh, satu koma dua
4.
Lambang bilangan untuk tingkat
ditulis dengan angka Romawi, huruf, atau kombinasi huruf dan angka Arab.
Contoh:
Paku Buwono X, P.B. Kesepuluh, Paku Buwono Ke-10
5.
Lambang bilangan 10, ditulis dengan
angka atau huruf berakhiran -an Contoh: 50-an atau lima puluhan
5000-an
atau Iima ribuan
6.
Lambang bilangan dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf Contoh: Saya sudah tiga kali ke sini untuk
memesan tiga ratus ekor ayam.
7. Lambang
bilangan yang dipakai berurutan ditulis dengan angka
Contoh: Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15
orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
8.
Lambang bilangan pada awal kalimat
ditulis dengan huruf Contoh: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
9.
Lambang bilangan jumlah utuh besar
ditulis dg angka dan huruf Contoh: Uang saya 250 juta rupiah.
10. Lambang
bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks,
kecuali di dalam dokumen resmi (berharga) seperti akta jual-beIi dan kuitansi
Contoh:
Jumlah peserta gerak jalan tahun ini 1717 orang.
[bukan: Jumlah perserta gerak jalan tahun ini 1717 (seribu
tujuh ratus tujuh belas) orang]
I. Tanda Baca
1.
Tanda titik (.)
a.
Digunakan di belakang angka atau
huruf dalam bagan, ikhtisar, atau daftar Contoh:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat
Jenderal PMD
B. Direktorat
Jenderal Agraria
1.
Patokan Umum 1.1 Isi Karangan
1.2
Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
(Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf yang terakhir dalam deretan
angka atau huruf)
b.
Digunakan untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu
Contoh:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit
20 detik)
1.35.20
jam
|
(1 jam, 35 menit, 20 detik)
|
0.20.30 jam
|
(20 menit, 30 detik)
|
0.0.30 jam
|
(30 detik)
|
c.
Digunakan di antara nama penulis,
tahun, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru
dalam daftar pustaka
Contoh: Siregar, Merari. 1990. Azab Sengsara. Weltevreden: Balai
Poestaka.
d.
Digunakan untuk memisahkan ribuan
dan kelipatannya yang menunjukkan jumlah
Contoh: Yang datang 24.200 orang. Yang tewas 1.231 jiwa.
(bedakan: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung
Lihat
halaman 2345 dan seterusnya
Nomor gironya 5645678)
e.
Tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, tabel, dan
sebagainya.
Contoh:
PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO
f.
Tidak dipakai
di belakang alamat pengirim, tanggal surat, nama dan alamat penerima
surat.
Contoh: - Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Juanda 43 Palembang
-
Jakarta, 1 April 1990
2. Tanda Koma
(,)
a.
Digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu rincian atau pembilangan Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan
tinta.
Mereka
makan nasi, tahu dan tempe.
b.
Digunakan untuk memisahkan bagian
kalimat yang satu dari bagian kalimat berikutnya pada kalimat majemuk setara
Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi
bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
c.
Digunakan untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat, pada kalimat majemuk bertingkat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
(bedakan:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.)
d.
Digunakan di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat
Contoh: Oleh karena itu, kami …
Jadi,
kita harus membelanya Meskipun begitu, saya tetap senang Namun, kita harus
berhati-hati Sehubungan dengan itu, ...
e.
Digunakan untuk memisahkan kata yang
mengungkap akan keheranan, seruan, dan sebagainya
Contoh: O, begitu?
Wah,
bukan main! Hati-hati ya, nanti jatuh.
f. Digunakan
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat
Contoh: Kata ibu, ―Saya gembira sekali,‖
―Saya
gembira sekali, ― kata ibu, ―karena kamu lulus.‖
g.
Digunakan di antara nama dan alamat,
di antara bagian-bagian alamat, antara tempat dan tanggal, serta antara nama
tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia
Jalan
Raya Salemba 6, Jakarta, Indonesia Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
h.
Digunakan untuk menceraikan bagian
nama yang susunannya dibalik dalam daftar pustaka
Contoh: Alisjahbana, Sutan Takdir.1949. Tatabahasa Baru
Bahasa Indonesia. Djakarta: PT Pustaka Rakyat.
3. Tanda Titik
Dua (:)
a.
Digunakan pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian
Contoh: Kita memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari Hanya ada dua pilihan: hidup atau mati
(bedakan: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Ia
membawa buah, yaitu apel, jeruk, dan mangga.)
b. Digunakan
di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama kota
dan penerbit buku
Contoh: Tempo, I (1971), 34: 7 Surat Yasin: 9
Membaca Pemahaman: Suatu Proses
Jakarta: Gramedia
4. Tanda Hubung
(-)
a.
Memperjelas hubungan antar
bagian-bagian kata atau ungkapan Contoh: ber-evolusi, be-revolusi
dua-puluh lima-ribuan (20x5000)
dua-puluh-lima-ribuan (1x25000) dua-puluh-lima ribuan (25x1000)
b.
Merangkaikan se- dengan kata
yang dimulai huruf kapital Contoh: se-Jawa, se-Kota Blitar
c.
Merangkaikan singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan Contoh: di-PHK
d.
Merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing Contoh: di-smash, pen-tackle-an
5. Tanda Pisah
(-- / —)
a.
Membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat
Contoh: Jika kita bersatu--saya yakin--kemakmuran
pasti dapat tercapai.
b.
Menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh: Rangkaian temuan ini--evolusi, teori kenisbian, dan
kini juga pembelahan atom--telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c.
Digunakan di antara dua bilangan,
tanggal, atau nama kota yang berarti sampai dengan atau sampai ke
Contoh: 1910--1945
tanggal
5--6 April 2005 Jakarta--Bandung
(Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua tanda hubung atau satu tanda
garis yang panjangnya dua kali tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya)
6. Tanda Petik
(“...“)
a.
Mengapit petikan langsung yang
berasal dan pembicaraan dan naskah bahan tertulis lain.
Contoh:
―Saya belum siap,― kata Mira.
b.
Mengapit judul syair, karangan, bab
buku yang dipakai dalam kalimat Contoh: Karangan berjudul “Rapor dan
Nilai Prestasi di SMA‖
diterbitkan
di Tempo.
Sajak
―Berdiri Aku‖ terdapat pada halaman 5 buku itu.
c.
Mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
Contoh: Di kalangan remaja, celana ini dikenal dengan
nama ―cutbrai‖
7. Tanda Garis
Miring (/)
a.
Digunakan dalam nomor surat, nomor
pada alamat, penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
Contoh: No.7/PK/1999 Jalan Kramat III/10
Tahun anggaran 2002/2003
b. Digunakan
sebagai pengganti kata atau, per atau tiap
Contoh: darat/laut (=
darat atau laut)
Rp
25,00/lembar (= Rp 25,00 tiap lembar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar