Selasa, 29 November 2016

EJAAN BAHASA INDONESIA



A. Pengertian Ejaan

Ejaan         = ketentuan atau kaidah yang mengatur penulisan huruf menjadi satuan-satuan kata, kelompok kata, atau kalimat, beserta penggunaan tanda baca.

Sejarah =  1) Ejaan Van Ophuysen (1901)

2)   Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947) *3) Ejaan Pembaharuan (1957)

*4) Ejaan Melaju Indonesia / Melindo (1959)
*5) Ejaan Lembaga Bahasa Kesusasteraan / LBK (1966)
6)  Ejaan Yang Disempurnakan / EYD (1972)
(* = ejaan yang tidak sempat disahkan oleh Pemerintah Indonesia)


Huruf



ð konsonan (huruf mati)

ð vokal (huruf hidup)



ð kluster (ng, ny, sy, kh)

ð diftong (au, ai, oi)



B. Huruf Kapital

1.      Huruf pertama kata pada awal kalimat atau pada kalimat langsung Contoh: Adik bertanya, ―Kapan kita pulang?‖

―Besok kita pulang,‖ jawab ibu.

2.      Huruf pertama kata yang berhubungan dengan agama, nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan

Contoh:  Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Alqur‘an, Islam

3.       Huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang (nama instansi atau nama tempat)

Contoh: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Presiden Soekarno, Kepala Desa Sukamaju, Presiden Indonesia (bandingkan: Tahun depan ia menunaikan ibadah haji.
Bulan lalu ia dilantik menjadi kepala desa.)

4.       Huruf pertama unsur nama orang, kecuali unsur yang digunakan untuk nama jenis

Contoh: Amir Hamzah, Dewi Sartika (bandingkan: mesin diesel, voltase)

5.       Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, kecuali yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan

Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris (bandingkan: kejawa-jawaan, mengindonesiakan)


6.       Huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah, kecuali peristiwa sejarah yang bukan merupakan nama

Contoh: tahun Hijriah, bulan Mei, hari Minggu, hari Natal, Perang Dunia I (bandingkan: Serangan Amerika ke Iraq mengakibatkan perang dunia)

7.      Huruf pertama nama geografi, kecuali nama geografi yang tidak menjadi unsur nama diri dan yang digunakan sebagai nama jenis

Contoh: Asia Tenggara, Bukit Barisan, Danau Toba, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas (bandingkan: apel malang, reog ponorogo, lenong betawi, tahu kediri)


1.      Nama lembaga/badan pemerintahan dan ketatanegaraan, dokumen resmi Contoh: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Peraturan Pemerintah No. 2

9.       Bentuk ulang sempurna pada lembaga/badan pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi

Contoh:  Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar 1945

10.  Nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
Contoh:  Dia adalah wartawan surat kabar Sinar Pembangunan.

11.  Singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
Contoh:  Tn., Prof., Dr., dr., Brigjen, Hj., A.Md, SE, S.Sn, MA, M.Sc, Ph.D

12.  Kata penunjuk hubungan kekerabatan dalam penyapaan Contoh: ―Kapan Bapak berangkat?‖ tanya Santi.

Surat Saudara sudah saya terima.

(bandingkan: ―Kapan bapak berangkat?‖ tanya Santi kepada ibu.)

13.  Kata ganti Anda
Contoh:  Surat Anda sudah kami terima.

C. Huruf Miring

1.      Nama buku, majalah, dan surat Contoh: Ia membaca majalah Tempo.

2.      Huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata yang ditegaskan Contoh: Di tengah pasar ada s, di tengah kampung ada p.

3.      Ungkapan atau istilah asing, kecuali yang telah diindonesiakan Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostana.

Politik devide et impera merajalela di negeri ini. (bandingkan: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.)


D.    Kata Turunan
1.      Imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasarnya

Contoh:  dikelola, penetapan, mempermainkan, bertepuk tangan

2.      Kata dasar dengan awalan dan akhiran sekaligus, ditulis serangkai Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan, penghancurleburan

3.      Gabungan kata bentuk terikat dan kata dasar, ditulis serangkai Contoh: antarkota, dwiwarna, ekstrakurikuler, nonteknis, pascabedah

4.      Gabungan yang maknanya tidak dapat dikembalikan pada makna unsur-unsurnya, ditulis sebagai bentuk tunggal

Contoh:  daripada, barangkali, saputangan, padahal, bilamana, matahari

5.      Kata maha dan peri ditulis serangkai dengan kata dasar, ditulis terpisah dengan kata berimbuhan.

Contoh: Mahamurah, Mahakasih, Maha Pemurah, Maha Pengasih peri kemanusiaan, peri kehidupan, perihal, perilaku (bandingkan: Maha Esa, Maha Adil)

6.      Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata ulang Contoh: berkejar-kejaran, bersahut-sahutan, didorong-dorong

7.      Pengulangan gabungan kata cukup mengulang kata pertama saja Contoh: meja-meja tulis, buku-buku gambar, rumah-rumah sakit


E. Partikel

1.      -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata pendahulunya Contoh: Bacalah buku itu baik-baik.

Apakah yang ditulis dalam surat itu?

pun ditulis terpisah dari KB, KK, KS, KBil. pendahulunya, tetapi ditulis serangkai dengan KHub. pendahulunya

Contoh: Apa pun kata Anda, saya tidak akan percaya. Meskipun dilarang, saya akan tetap melakukannya.

2.      per yang berarti ‗mulai‘ dan ‗tiap‘ ditulis terpisah, per yang berarti ‗dibagi‘ dalam bilangan pecahan ditulis serangkai

Contoh:  Penghasilannya di atas Rp.5.000,00 per hari.

Ia mulai bekerja per Agustus 2002. Tiga persepuluh, lima pertujuh.


F. Kata Ganti

1.      aku/saya, kamu/engkau, ia/dia, kami, mereka ditulis terpisah Contoh: Jika dilarang pergi, aku akan di sini saja.

Dia tidak mau bekerja.

2.      ku- dan kau- sebagai awalan pasif persona ditulis serangkai,


-ku, -mu, dan -nya sebagai kata ganti milik ditulis serangkai Contoh: Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di rumah.


G. Singkatan
1.      Singkatan nama orang diikuti satu tanda titik

Contoh:  A.S. Kramawijaya. Muh. Yamin, Suman Hs.

2.      Singkatan dengan tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik Contoh: dll., dsb., hlm., sda., Sdr.

(bandingkan: a.n., d.a., u.b., u.p.)

3.      Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang tidak diikuti tanda titik.

Contoh: Cu (kuprum), TNT (trinitronlen), cm (sentimeter), l (liter), kg (kilogram), Rp (rupiah)


H. Lambang Bilangan

1.       Nomor jalan, nomor rumah, dan nomor kamar ditulis dengan angka Contoh: Jalan Tanah Abang I No. 15

Hotel Indonesia, Kamar 169

2.      Nomor bagian karangan dan ayat kitab suci ditulis dengan angka Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 252, Surat Yasin: 9

3.      Lambang bilangan dengan huruf
Contoh: 12        ® dua belas

32       ® tiga puluh dua

252        ® dua ratus lima puluh dua ¾ ® tiga perempat
1%   ® satu persen

1,2   ® satu dua persepuluh, satu koma dua

4.         Lambang bilangan untuk tingkat ditulis dengan angka Romawi, huruf, atau kombinasi huruf dan angka Arab.

Contoh: Paku Buwono X, P.B. Kesepuluh, Paku Buwono Ke-10

5.       Lambang bilangan 10, ditulis dengan angka atau huruf berakhiran -an Contoh: 50-an atau lima puluhan

5000-an atau Iima ribuan

6.       Lambang bilangan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf Contoh: Saya sudah tiga kali ke sini untuk memesan tiga ratus ekor ayam.

7.      Lambang bilangan yang dipakai berurutan ditulis dengan angka
Contoh: Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.



8.      Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf Contoh: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.

9.      Lambang bilangan jumlah utuh besar ditulis dg angka dan huruf Contoh: Uang saya 250 juta rupiah.

10.  Lambang bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam dokumen resmi (berharga) seperti akta jual-beIi dan kuitansi

Contoh: Jumlah peserta gerak jalan tahun ini 1717 orang.

[bukan: Jumlah perserta gerak jalan tahun ini 1717 (seribu tujuh ratus tujuh belas) orang]

I. Tanda Baca
1.      Tanda titik (.)

a.       Digunakan di belakang angka atau huruf dalam bagan, ikhtisar, atau daftar Contoh:

III.   Departemen Dalam Negeri
A.    Direktorat Jenderal PMD
B.     Direktorat Jenderal Agraria

1.      Patokan Umum 1.1 Isi Karangan
1.2   Ilustrasi
1.2.1   Gambar Tangan
1.2.2   Tabel
1.2.3   Grafik

(Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf yang terakhir dalam deretan angka atau huruf)

b.       Digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu

Contoh: pukul 1.35.20   (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
1.35.20 jam
(1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam
(20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam
(30 detik)

c.       Digunakan di antara nama penulis, tahun, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru dalam daftar pustaka

Contoh: Siregar, Merari. 1990. Azab Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

d.      Digunakan untuk memisahkan ribuan dan kelipatannya yang menunjukkan jumlah

Contoh: Yang datang 24.200 orang. Yang tewas 1.231 jiwa. (bedakan: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung

Lihat halaman 2345 dan seterusnya


Nomor gironya 5645678)

e.       Tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Contoh: PRINSIP-PRINSIP EKONOMI MAKRO

f.       Tidak dipakai di belakang alamat pengirim, tanggal surat, nama dan alamat penerima surat.

Contoh: - Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Juanda 43 Palembang

-       Jakarta, 1 April 1990

2.     Tanda Koma (,)

a.      Digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu rincian atau pembilangan Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

Mereka makan nasi, tahu dan tempe.

b.     Digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang satu dari bagian kalimat berikutnya pada kalimat majemuk setara

Contoh:  Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

c.      Digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, pada kalimat majemuk bertingkat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

(bedakan: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.)

d.     Digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat

Contoh:  Oleh karena itu, kami …

Jadi, kita harus membelanya Meskipun begitu, saya tetap senang Namun, kita harus berhati-hati Sehubungan dengan itu, ...

e.      Digunakan untuk memisahkan kata yang mengungkap akan keheranan, seruan, dan sebagainya

Contoh:  O, begitu?

Wah, bukan main! Hati-hati ya, nanti jatuh.

f.   Digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat
Contoh:  Kata ibu, ―Saya gembira sekali,‖
―Saya gembira sekali, ― kata ibu, ―karena kamu lulus.‖


g.     Digunakan di antara nama dan alamat, di antara bagian-bagian alamat, antara tempat dan tanggal, serta antara nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:  Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia

Jalan Raya Salemba 6, Jakarta, Indonesia Surabaya, 10 Mei 1960

Kuala Lumpur, Malaysia

h.     Digunakan untuk menceraikan bagian nama yang susunannya dibalik dalam daftar pustaka

Contoh: Alisjahbana, Sutan Takdir.1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Djakarta: PT Pustaka Rakyat.

3.       Tanda Titik Dua (:)

a.    Digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian

Contoh: Kita memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari Hanya ada dua pilihan: hidup atau mati

(bedakan:  Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Ia membawa buah, yaitu apel, jeruk, dan mangga.)

b.  Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama kota dan penerbit buku

Contoh:  Tempo, I (1971), 34: 7 Surat Yasin: 9

Membaca Pemahaman: Suatu Proses
Jakarta: Gramedia

4.      Tanda Hubung (-)

a.       Memperjelas hubungan antar bagian-bagian kata atau ungkapan Contoh: ber-evolusi, be-revolusi

dua-puluh lima-ribuan (20x5000) dua-puluh-lima-ribuan (1x25000) dua-puluh-lima ribuan (25x1000)

b.      Merangkaikan se- dengan kata yang dimulai huruf kapital Contoh: se-Jawa, se-Kota Blitar

c.       Merangkaikan singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan Contoh: di-PHK

d.      Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing Contoh: di-smash, pen-tackle-an

5.       Tanda Pisah (-- / —)

a.       Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan di luar bangun kalimat

Contoh:  Jika kita bersatu--saya yakin--kemakmuran pasti dapat tercapai.


b.      Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Contoh: Rangkaian temuan ini--evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom--telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

c.       Digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau nama kota yang berarti sampai dengan atau sampai ke

Contoh:  1910--1945

tanggal 5--6 April 2005 Jakarta--Bandung

(Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua tanda hubung atau satu tanda garis yang panjangnya dua kali tanda hubung, tanpa spasi sebelum dan sesudahnya)

6.       Tanda Petik (“...“)

a.      Mengapit petikan langsung yang berasal dan pembicaraan dan naskah bahan tertulis lain.

Contoh: ―Saya belum siap,― kata Mira.


b.    Mengapit judul syair, karangan, bab buku yang dipakai dalam kalimat Contoh: Karangan berjudul Rapor dan Nilai Prestasi di SMA‖
diterbitkan di Tempo.
Sajak ―Berdiri Aku‖ terdapat pada halaman 5 buku itu.

c.    Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus

Contoh:  Di kalangan remaja, celana ini dikenal dengan nama ―cutbrai‖

7.     Tanda Garis Miring (/)

a.      Digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim

Contoh: No.7/PK/1999 Jalan Kramat III/10

Tahun anggaran 2002/2003

b.      Digunakan sebagai pengganti kata atau, per atau tiap
Contoh:  darat/laut                       (= darat atau laut)
Rp 25,00/lembar        (= Rp 25,00 tiap lembar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang yang berhak menerima zakat (Mustahiq Zakat) dan orang yang tidak berhak menerima zakat serta BAZNAS

Orang- orang yang berhak menerima zakat disebut Mustahiq zakat . Kata asal mustahiq yaitu haqqo yahiqqu hiqqon wa hiqqotan yang artiny...