Menulis Makalah
Dalam konteks
perkuliahan, seminar, simposium, dan kehidupan ilmiah lainnya, seseorang sering
diminta pandangannya atau dituntut untuk menunjukkan kinerja akademiknya
melalui sebuah paparan yang berkaitan dengan keahliannya. Agar paparan itu
memberikan dampak yang luas, penyaji diminta menulis makalah atau kertas kerja.
Mahasiswa
yang duduk di bangku perguruan tinggi hendaknya memiliki kemampuan menyiapkan
dan menyajikan makalah sejak dini agar pihak lain tahu bahwa dirinya memiliki
kemampuan dan keahlian tertentu. Sebelum seseorang bekerja atau melanjutkan
studi, pihak perusahaan atau sekolah lazim meminta kepadanya untuk melampirkan
karya terbaiknya atau memaparkan keahliannya di depan sekelompok orang.
Bagaimana mungkin orang lain mengetahui bahwa seseorang itu ahli, jika dia
tidak mampu menunjukkan keahliannya, baik secara tertulis maupun lisan. Di
sinilah letak urgensi keterampilan menulis makalah.
Menulis
makalah merupakan tahapan lanjutan dari kegiatan menulis artikel ilmiah. Jika
seseorang telah terbiasa menulis artikel atau karangan nonfiksi lainnya dalam
bentuk sederhana, maka dia tidak akan menjumpai kesulitan berarti dalam
menyusun bahasan yang lebih luas seperti makalah.
Maka berikut
ini akan disajikan pengertian makalah, jenis-jenis makalah, sistematika
makalah, dan menulis makalah.
Pengertian Makalah
Makalah adalah
karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang
lingkup suatu perkulihan atau yang berkaitan dengan suatu tema seminar,
simposium, diskusi, atau kegiatan ilmiah lainnya. Makalah merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan.
Makalah,
sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya tulis yang
memerlukan studi baik secara langsung, misalnya, melalui observasi lapangan
ataupun secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera, 1982: 25). Makalah
ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar,
simposium, konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan kegiatan ilmiah
lainnya). Makalah ditulis untuk berbagai fungsi, di antaranya untuk memenuhi
tugas yang dipersyaratkan dalam mata kuliah tertentu, berfungsi menjelaskan
suatu kebijakan, dan berfungsi menginformasikan suatu temuan.
Pengertian
dan fungsi di atas berimplikasi terhadap keragaman dan jenis makalah seperti
dikemukakan berikut ini.
Jenis Makalah
Secara umum,
baik dalam kegiatan akademik maupun nonakademik, dikenal dua jenis makalah,
yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper)
(UPI, 2005:7).
Makalah biasa
dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang
dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa mengemukakan berbagai
aliran atau pandangan tentang masalah yang dikaji. Dia juga memberikan pendapat
baik berupa kritik atau saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan
orang lain. Mahasiswa tidak perlu memihak salah satu aliran atau pendapat
tersebut dan berargumentasi mempertahankan pendapat yang diikutinya.
Makalah biasa
juga dapat ditulis seseorang untuk mendeskripsikan suatu kebijakan, gagasan,
atau temuannya kepada khalayak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa aktivis dapat
mengemukakan gagasannya tentang metode pengolahan sampah, atau seorang pejabat
memaparkan tentang kebijakannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di
daerahnya.
Dalam makalah
posisi, mahasiswa dituntut untuk menunjukkan posisi teoretisnya dalam suatu
kajian. Untuk makalah jenis ini, dia tidak hanya diminta menunjukkan penguasaan
mengenai suatu teori atau pandangan tertentu tetapi juga dipersyaratkan untuk
menunjukkan di pihak mana dia berdiri beserta alasannya yang didukung oleh
teori-teori atau data yang relevan.
Untuk dapat
membuat makalah posisi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari sumber
tentang aliran tertentu, melainkan berbagai sumber atau aliran yang
pandangannya berbeda-beda dan bahkan mungkin sangat bertentangan. Dari bahasan
tersebut mungkin saja mahasiswa memihak salah satu aliran tetapi mungkin pula
dia membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi kemampuan
analisis, sintesis, dan evaluasi sangat diperlukan untuk membuat makalah posisi
(UPI, 2005: 9).
Pada umumnya,
makalah biasa diwajibkan kepada mahasiswa S-1, sedangkan makalah posisi
diwajibkan kepada mahasiswa pascasarjana. Di samping itu, makalah posisi juga
ditulis untuk didiskusikan dalam sebuah forum seminar yang menyoroti gagasan,
kebijakan, atau temuan seseorang.
Sistematika Makalah
Makalah
biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul,
(2)
abstrak, (3) pendahuluan, (4) isi
dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar pustaka. Makalah ilmiah yang
sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilah term paper,
biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam
suatu matakuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan tentang isu-isu
atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat. Keenam komponen ini
dapat diuraikan seperti berikut.
a) Judul karangan
Judul dapat
dipandang sebagai tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk
mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan
seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok
karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya judul tidak boleh
disajikan dalam bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi cukup dalam
bentuk ungkapan yang singkat dan padat. Jika tidak dapat dihindari judul yang
panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat
kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga
dapat dipecah menjadi judul utama dan anak judul.
b) Abstrak
Abstrak atau
ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif,
dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150—200
kata. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan, kesimpulan, dan saran yang
ditulis secara padat.
c) Pendahuluan
Bagian
pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah yang disusun dalam alur pikir
yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi
yang diharapkan (das sollen dan das sein).
d) Pembahasan
Bagian ini merupakan inti makalah. Pada bagian ini hendaknya
dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi
pemecahannya. Pada bagian ini aspek-aspek yang dipersoalkan pada bagian pendahuluan
dikaji dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang dipersoalkan itu
menjadi jelas kedudukannya dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisnya,
penulis hendaknya menggunakan teori, data, atau pandangan ahli.
e) Kesimpulan
Secara umum, kesimpulan berisi
hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua
permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
f) Daftar pustaka
Bagian ini memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam
makalah. Rujukan ini disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama.
Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya dari kiri ke kanan.
Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis,
tahun terbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama
penerbitnya. Contoh:
Rifai, Mien
A. (1997). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya
Ilmiah Indonesia. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Praktik Menulis Makalah
Pemahaman
terhadap konsep, jenis, dan sistematika makalah tidak menjamin mahasiswa dapat
menulis makalah. Karena itu, mahasiswa perlu dilatih sejak dini dalam membuat
artikel sederhana, bahkan mereka dapat diminta menulis apa yang cenderung
mereka sukai seperti puisi. Setelah kegiatan ini dianggap cukup, barulah
mahasiswa diminta untuk ‖berbelanja‖ pengetahuan, gagasan, dan teori dari
artikel dan buku-buku yang dibacanya. Hasil ‖belanja‖ mereka perlu diikuti
dengan kegiatan berikutnya, yaitu membuat laporan hasil membaca artikel atau
bab dari sebuah buku seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu.
Sebelum
menulis makalah, sebaiknya dibuat jejaring ide. Inti kegiatan ini ialah
mengidentifikasi ide-ide pokok dan ide-ide penunjangnya. Jejaring ide bukan
hanya berguna bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca. Melalui jejaring ide,
pembaca dapat mengikuti jalan
pikiran penulis sehingga dapat menilai tulisan secara kritis. Alwasilah (2005:
96) mengemukakan beberapa langkah membuat jejaring ide seperti berikut.
a. Sebelum
menulis, siapkan kertas dan alat tulis.
b. Pikirkan
ide-ide pokok yang paling penting untuk ditulis.
c. Batasi
maksimal lima ide pokok
d. Tulis ide
pokok itu sesingkat mungkin dalam lingkaran-lingkaran.
e.
Hubungkan lingkaran-lingkaran itu
dengan garis searah atau dua arah sesuai dengan pemikiran Anda.
f.
Gunakan pula garis patah-patah untuk
menunjukkan hubungan tidak langsung. Visualisasi ide-ide ini sesungguhnya
subjektif, tergantung pada penulis sendiri.
g. Narasikan
hubungan antara berbagai lingkaran itu.
Untuk
mempermudah proses penulisan, jejaring di atas dapat disajikan dalam kerangka
karangan.
Menulis Laporan
Kegiatan
penulisan laporan, baik secara lisan maupun tertulis, erat sekali hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, dalam perkuliahan, dunia
organisasi, dan lingkungan lainnya. Kegiatan ini bukan hanya merupakan
kepentingan kaum dewasa, tetapi merupakan kepentingan kaum remaja, pelajar, dan
mahasiswa. Karena itu, mereka perlu memahami dan menguasai cara menyusun
laporan agar mampu menjalankan fungsi sosial dalam berinteraksi dengan
lingkungan masyarakatnya.
Berdasarkan
pemikiran tersebut, berikut ini akan diuraikan pengertian dan jenis laporan,
sistematika laporan, menulis laporan, menyunting laporan, dan merevisi laporan.
Karena pembahasan tentang laporan itu relatif luas, uraian berikut akan
difokuskan pada jenis laporan tertulis yang erat kaitannya dengan kehidupan
akademik di kampus agar memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam menunjang
kelancaran studinya.
Pengertian dan Jenis Laporan
Laporan
berarti segala sesuatu yang dilaporkan oleh pihak tertentu kepada pihak lain
mengenai suatu masalah, baik secara lisan maupun tertulis, dan baik dalam kurun
waktu tertentu secara rutin maupun dalam waktu tertensu saja. Pengertian ini
menunjukkan unsur keilmiahan dalam penyusunan laporan.
Di samping
itu pengertian di atas pun memperlihatkan cakupan jenis laporan yang demikian
luas. Jenis laporan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti diuraikan
berikut ini.
Pertama,
dilihat dari segi isi atau materi yang dilaporkan, kita mengenal jenis
laporan penelitian, laporan keuangan, dan laporan penghasilan.
Kedua,
dilihat dari waktu pelaporannya yang periodik, kita mengetahui jenis laporan
tahunan, triwulan, laporan semester, laporan bulanan, dan laporan mingguan.
Ketiga,
dilihat dari cara penyampaian laporan, kita mengetahui jenis laporan lisan
dan laporan tertulis.
Keempat,
dilihat dari bentuk pelaksanaan suatu kegiatan, kita mengenal jenis laporan
kegiatan tertentu seperti Laporan Kegiatan Peringatan Reuni, Laporan Kegiatan
Peringatan Hari Kemerdekaan RI, dan Laporan Kegiatan Wisuda.
Kelima, dalam
kehidupan akademik di perguruan tinggi terdapat jenis-jenis laporan yang
erat kaitannya dengan tugas perkuliahan seperti Laporan Buku, Laporan Bab,
Laporan Kuliah Lapangan, dan Laporan Artikel Jurnal.
Di samping
jenis-jenis di atas, terdapat pula jenis laporan yang dikenal pada lingkungan
organisasi atau institusi lain.
Jenis-jenis
laporan di atas dapat didefinisikan dengan mengacu pada pengertian umum yang
disajikan di atasnya dan dengan mempertimbangkan isi, waktu, cara, dan bentuk
laporan serta lingkungannya.
Agar pihak
penerima laporan dapat memahami isi laporan dengan mudah, cepat, dan benar,
laporan hendaknya disusun berdasarkan sistematika tertentu seperti disajikan
berikut ini.
Sistematika Laporan
Variasi
laporan yang dikemukakan di atas berimplikasi terhadap sistematika
penulisannya. Sekaitan dengan sistematika laporan kegiatan, khususnya laporan
pengabdian kepada masyarakat, Abdurahman (1986:176) mengemukakan bahwa laporan
itu terdiri atas judul laporan, penyusun laporan, kata pengantar, ringkasan,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan ilustrasi, pendahuluan, pelaksanaan
kegiatan, hasil kegiatan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka, dan
lampiran-lampiran.
Laporan buku,
bab, dan artikel terdiri atas komponen (a) pendahuluan, (b) isi buku, bab,
artikel, (c) komentar, dan (d) kesimpulan (UPI, 2005: 11).
Adapun
laporan penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi terdiri atas
komponen judul, nama dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab I
pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV
pembahasan hasil-hasil penelitian, bab V kesimpulan dan rekomendasi, daftar
pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis (UPI, 2005: 140).
Perbedaan
sistematika terjadi karena keragaman isi, waktu, bentuk, dan lingkungan
laporan. Varian sistematika di atas tidak akan diuraikan di sini karena akan
menyita halaman yang banyak. Karena itu, uraian sistematika akan difokuskan
pada bentuk laporan yang umum agar para mahasiswa dapat memanfaatkannya secara
luas untuk berbagai kepentingan.
Secara umum, laporan terdiri dari
beberapa komponen seperti berikut.
a. Identitas
laporan. Bagian ini memuat judul, penyusun, dan kata pengantar.
b.
Ringkasan. Nama lain dari bagian ini
ialah abstrak atau ringkasan eksekutif, yang memuat identitas kegiatan, waktu,
masalahm metode, hasil, dan rekomendasi.
c.
Daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar ilustrasi.Tiga komponen yang terakhir disebutkan hanya
disajikan apabila laporan itu memuat tabel, gambar, dan ilustrasi.
d. Pendahuluan.
Bagian ini memuat aspek-aspek yang diusulkan dalam proposal kegiatan.
e.
Landasan Teoretis atau uraian
tentang suatu kebijakan. Jika laporan itu merupakan laporan ilmiah, bagian ini
disebut landasan teoretis. Apabila, laporan itu berupa kegiatan, bagian ini
memuat uraian tentang suatu kebijakan.
f.
Metode atau pelaksanaan kegiatan.
Bagian ini menguraikan mekanisme dan prosedur penelitian atau kegiatan itu
dilaksanakan.
g. Hasil
kegiatan
h. Kesimpulan
dan saran, atau rekomendasi, atau tindak lanjut.
i.
Daftar pustaka
j.
Lampiran-lampiran
Pada umumnya
suatu institusi atau proyek memiliki sistematika laporan yang harus diikuti
oleh unit-unit atau khalayak yang ada di bawah institusi tersebut. Dalam
konteks ini, sistematika itulah yang perlu diikuti oleh penyusun laporan.
Menulis Proposal
Kemahiran
dalam menulis proposal penelitian atau kegiatan akademik lainnya merupakan
salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Indonesia sebagai insan
terpelajar. Maka dari itu, mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang
membantu mereka untuk memahami pengertian proposal akademik beserta
kelengkapannya, termasuk surat resmi untuk permohonan ijin penelitian. Kegiatan
utama pembelajaran adalah penulisan proposal lengkap, yang mencakup penyusunan
buram, penyuntingan, dan penyempurnaan.
Kata proposal
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana yang
dituangkan dalam bentuk rancangan kerja, misalnya, -- proposal proyek itu belum
dapat disetujui oleh pemimpin proyek. Dalam bahasan ini, usulan itu difokuskan
pada proposal penelitian yang merupakan salah satu langkah konkret pada tahap
awal penelitian.
Bagi seorang
peneliti, usulan penelitian dianggap sebagai proses/langkah awal untuk
melaksanakan penelitian, dalam arti ia akan menjadi pedoman dalam melaksanakan
penelitian selanjutnya. Sebagai suatu proses, penelitian memerlukan
tahapan-tahapan tertentu yang disebut sebagai suatu siklus:
(1) pemilihan
masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada),
(2) pembuatan
desain penelitian,
(3) pengumpulan data,
(4) pembuatan
kode dan analisis data, dan
(5) interpretasi
hasilnya (Maria S.W. Soemardjono, 1997: 1—2).
Dalam kenyataannya,
seorang peneliti dapat
mengakhiri penelitiannya
setelah interpretasi hasil. Akan
tetapi, proses penelitiannya sendiri tidak berhenti pada tahap itu. Ada
kemungkinan bahwa penelitian yang dilakukan tidak membawa hasil sebagaimana
yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti perlu melakukan revisi atas
hipotesisnya dengan melewati tahap pertama. Atau, mungkin juga hipotesisnya
benar tetapi terdapat kesalahan dalam menentukan dan memilih metode/desain
penelitian. Oleh karena itu, peneliti perlu mengecek tahap mana yang harus
diperbaiki dan disempurnakan.
Usulan penelitian pada umumnya
memuat:
(1) judul
(2) latar
belakang
(3) tujuan
penelitian
(4) tinjauan
pustaka
(5) landasan
teori
(6) hipotesis
(jika ada)
(7) metode
penelitian
(8) jadwal
kegiatan
(9) daftar
pustaka.
Judul
penelitian hendaknya dibuat singkat, jelas, menunjukkan dengan tepat
masalah yang akan diteliti, dan tidak memberi peluang bagi penafsiran/interpretasi
yang bermacam-macam. Di samping itu, bahasa yang digunakan hendaknya bahasa
ilmiah yang memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami orang lain. Bahasa
yang dipakai dalam menulis judul bukan berupa kalimat melainkan berupa kelompok
kata (frasa).
Latar
belakang berisi permasalahan, manfaat penelitian, dan keaslian/orisinalitas
penelitian. Dalam permasalahan diuraikan masalah yang menarik minat dan
mendesak untuk diteliti. Penelitian juga harus memberikan kontribusi/manfaat
bagi kepentingan masyarakat (segi praktis) dan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) atau segi teoretis. Penelitian harus
asli, artinya masalah yang dipilih belum pernah diteliti oleh peneliti
sebelumnya atau harus dinyatakan dengan tegas bahwa pada aspek tertentu
penelitian itu belum pernah dikaji secara mendalam.
Tujuan
penelitian hendaknya dikemukakan dengan jelas dan tegas. Oleh karena
itu, antara masalah, tujuan, dan simpulan yang ditarik dari hasil penelitian
harus sinkrron. Jika masalah yang dikemukakan ada empat hal, maka tujuan juga
harus dirumuskan dalam keempat hal tersebut. Melalui pengujian hipotesis (jika
ada) terhadap keempat masalah/tujuan tersebut akan diperoleh simpulan yang
meliputi keempat hal itu pula.
Tinjauan
pustaka berisi uraian sistematis tentang berbagai informasi yang dikumpulkan
dari sumber bacaan, referensi, dan data empirik yang ada hubungannya dan
menunjang penelitian. Kejujuran akademik yang diwujudkan melalui etika
pengutipan dan penyebutan sumber informasi mengharuskan peneliti untuk
menuliskan sumber referensi yang diperoleh. Di sini juga penulis dituntut
kritis terhadap informasi yang diperoleh, sehingga informasi yang dijadikan
rujukan benar-benar relevan dengan masalah yang diteliti, dan tidak asal kutip
sana kutip sini.
Landasan
teori sekurang-kurangnya mengandung tiga hal pokok: (1) seperangkat
proposisi yang berisi konstruk atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling
berhubungan, (2) penjelasan hubungan antarvariabel sehingga menghasilkan
pandangan sistematis mengenai fenomena yang digambarkan oleh
variabel-variabelnya, dan (3) penjelasan mengenai fenomena dengan cara
menghubungkan variabel dengan variabel lain dan bagaimana hubungan
antarvariabel itu. Landasan teori dijabarkan dan disusun berdasarkan tinjauan
pustaka, dan akan merupakan suatu kerangka yang mendasari pemecahan masalah
serta untuk merumuskan hipotesis (jika ada).
Hipotesis (jika
ada) dirumuskan berdasarkan landasan teori atau berdasarkan tinjauan
pustaka. Tidaklah tepat apabila ada pandangan bahwa penelitian harus memuat
hipotesis. Pandangan itu diakibatkan oleh adanya persepsi yang menganggap bahwa
suatu penelitian tanpa hipotesis tidak bersifat ilmiah. Kesalahpahaman ini
dapat dihindari dengan memahami sifat penelitian
yang berbeda. Misalnya, kalau
peneliti bertujuan memahami fenomena-fenomena sosial, budaya, dan pendidikan,
maka hipotesis dapat diganti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Masalah
atau pertanyaan penelitian seperti inilah yang harus dijadikan panduan oleh
peneliti.
Metode
penelitian berisi tentang bahan atau materi penelitian, alat/instrumen,
jalannya penelitian, variabel serta data yang dikumpulkan, dan analisis hasil.
Dalam penelitian lazim dibedakan antara sumber data yang diperoleh langsung
dari responden/informan (data primer) dan data yang diperoleh secara tidak
langsung, misalnya, arsip, dokumen, dan sejenisnya (data sekunder). Apabila
jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, penentuan wilayah dan subjek
penelitian (populasi dan sampel) dapat disebutkan secara rinci. Dalam hal ini
penentuan responden diperlukan pemahaman tentang teknik-teknik penarikan
sampel. Kriteria terpenting yang menentukan kualitas sampel adalah
representatif
– sejauh mana ciri-ciri sampel sama dengan ciri-ciri
populasi yang diwakilinya. Ihwal alat/instrumen, pada umumnya dapat
dipergunakan seperti
observasi, wawancara, keusioner,
studi dokumen, dan sebagainya. Pemilihan instrumen bergantung pada beberapa
pertimbangan, misalnya: (1) jumlah responden – apabila jumlahnya relatif
terbatas, maka wawancara lebih tepat daripada kuesioner, (2) lokasi –
penggunaan kuesioner lebih tepat jika penelitian meliputi daerah yang relatif
luas, (3) data, jika pendapat yang lebih mendalam ingin diperoleh, metode wawancara
lebih tepat, dan (4) pelaksana, jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden
relatif terbatas, wawancara atau observasi dapat digunakan, dan sebaliknya,
penggunaan kuesioner lebih tepat (Arikunto, 1983: 116).
Jalannya
penelitian adalah cara melakukan penelitian dan cara mengumpulkan data.
Berdasarkan tipe data yang digunakan, diuraikan cara mengumpulkan data melalui
alat pengumpulan data yang dipilih. Variabel penelitian dijabarkan melalui
definisi operasional yang sedapat-dapatnya menggambarkan dasar pengukuran serta
kisarannya. Validitas data antara lain akan tampak dalam penjabaran variabel
ini. Adapun analisis hasil berisi uraian tentang cara-cara analisis, yaitu
bagaimana memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan masalah
penelitian.
Dalam jadwal
penelitian ditunjukkan tahap-tahap dengan rincian/uraian setiap kegiatan
dan jangka waktunya.
Daftar
pustaka dapat disusun menurut aturan yang lazim, yang dapat diperoleh
dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan yang dipilih hendaknya digunakan
secara konsisten.
Contoh penulisan daftar pustaka
sebagai berikut.
Purwo, K.B. (1989). Pragmatik
dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Flood, J., J.M. Jensin, dan
J.R. Squire. (1991). Handbook of Research on
Teaching the English Language Arts. New York:
Macmillan Company.
Wohlstetter, P. et al. (2000). ―Organizing for Successful School-Based
Management.‖
http://www.ascd.org/readingroom/books/wohlstetter9
books.html.
Berikut ini dicontohkan kerangka usulan penelitian yang
dapat dijadikan sebagai pedoman oleh calon peneliti.
Kerangka Usulan Penelitian
a.
Judul
b. Latar
Belakang, berisi:
a) Perumusan
masalah/permasalahan
b) Keaslian/orisinalitas
penelitian
c) Manfaat
penelitian
c. Tujuan
Penelitian
d. Tinjauan
Pustaka
e. Landasan
Teori
f. Hipotesis
(jika ada)
g. Metode/Cara
Penelitian, yang berisi:
a) Bahan/materi
penelitian
b) Alat/instrumen
pengumpulan data
c) Jalannya
penelitian
d) Variabel dan
data yang dikumpulkan
e) Analisis
hasil
h. Jadwal
Penelitian, yang berisi:
a) Tahap-tahap
penelitian
b) Rincian kegiatan
pada setiap tahap
c) Jangka waktu
yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
i. Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar