Selasa, 29 November 2016

KARAKTERISTIK DAN PROSES PENULISAN KARYA ILMIAH



Menulis Makalah

Dalam konteks perkuliahan, seminar, simposium, dan kehidupan ilmiah lainnya, seseorang sering diminta pandangannya atau dituntut untuk menunjukkan kinerja akademiknya melalui sebuah paparan yang berkaitan dengan keahliannya. Agar paparan itu memberikan dampak yang luas, penyaji diminta menulis makalah atau kertas kerja.

Mahasiswa yang duduk di bangku perguruan tinggi hendaknya memiliki kemampuan menyiapkan dan menyajikan makalah sejak dini agar pihak lain tahu bahwa dirinya memiliki kemampuan dan keahlian tertentu. Sebelum seseorang bekerja atau melanjutkan studi, pihak perusahaan atau sekolah lazim meminta kepadanya untuk melampirkan karya terbaiknya atau memaparkan keahliannya di depan sekelompok orang. Bagaimana mungkin orang lain mengetahui bahwa seseorang itu ahli, jika dia tidak mampu menunjukkan keahliannya, baik secara tertulis maupun lisan. Di sinilah letak urgensi keterampilan menulis makalah.

Menulis makalah merupakan tahapan lanjutan dari kegiatan menulis artikel ilmiah. Jika seseorang telah terbiasa menulis artikel atau karangan nonfiksi lainnya dalam bentuk sederhana, maka dia tidak akan menjumpai kesulitan berarti dalam menyusun bahasan yang lebih luas seperti makalah.

Maka berikut ini akan disajikan pengertian makalah, jenis-jenis makalah, sistematika makalah, dan menulis makalah.

Pengertian Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah mengenai suatu topik tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup suatu perkulihan atau yang berkaitan dengan suatu tema seminar, simposium, diskusi, atau kegiatan ilmiah lainnya. Makalah merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan suatu perkuliahan.

Makalah, sering juga disebut paper (kertas kerja), ialah jenis karya tulis yang memerlukan studi baik secara langsung, misalnya, melalui observasi lapangan ataupun secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera, 1982: 25). Makalah ilmiah dapat dibaca dan dibahas dalam pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, simposium, konferensi, konvensi, diskusi akademik, dan kegiatan ilmiah lainnya). Makalah ditulis untuk berbagai fungsi, di antaranya untuk memenuhi tugas yang dipersyaratkan dalam mata kuliah tertentu, berfungsi menjelaskan suatu kebijakan, dan berfungsi menginformasikan suatu temuan.

Pengertian dan fungsi di atas berimplikasi terhadap keragaman dan jenis makalah seperti dikemukakan berikut ini.

Jenis Makalah

Secara umum, baik dalam kegiatan akademik maupun nonakademik, dikenal dua jenis makalah, yaitu makalah biasa (common paper) dan makalah posisi (position paper) (UPI, 2005:7).


Makalah biasa dibuat mahasiswa untuk menunjukkan pemahamannya terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam makalah ini secara deskriptif, mahasiswa mengemukakan berbagai aliran atau pandangan tentang masalah yang dikaji. Dia juga memberikan pendapat baik berupa kritik atau saran mengenai aliran atau pendapat yang dikemukakan orang lain. Mahasiswa tidak perlu memihak salah satu aliran atau pendapat tersebut dan berargumentasi mempertahankan pendapat yang diikutinya.

Makalah biasa juga dapat ditulis seseorang untuk mendeskripsikan suatu kebijakan, gagasan, atau temuannya kepada khalayak. Sebagai contoh, seorang mahasiswa aktivis dapat mengemukakan gagasannya tentang metode pengolahan sampah, atau seorang pejabat memaparkan tentang kebijakannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di daerahnya.

Dalam makalah posisi, mahasiswa dituntut untuk menunjukkan posisi teoretisnya dalam suatu kajian. Untuk makalah jenis ini, dia tidak hanya diminta menunjukkan penguasaan mengenai suatu teori atau pandangan tertentu tetapi juga dipersyaratkan untuk menunjukkan di pihak mana dia berdiri beserta alasannya yang didukung oleh teori-teori atau data yang relevan.

Untuk dapat membuat makalah posisi, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari sumber tentang aliran tertentu, melainkan berbagai sumber atau aliran yang pandangannya berbeda-beda dan bahkan mungkin sangat bertentangan. Dari bahasan tersebut mungkin saja mahasiswa memihak salah satu aliran tetapi mungkin pula dia membuat suatu sintesis dari berbagai pendapat yang ada. Jadi kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi sangat diperlukan untuk membuat makalah posisi (UPI, 2005: 9).

Pada umumnya, makalah biasa diwajibkan kepada mahasiswa S-1, sedangkan makalah posisi diwajibkan kepada mahasiswa pascasarjana. Di samping itu, makalah posisi juga ditulis untuk didiskusikan dalam sebuah forum seminar yang menyoroti gagasan, kebijakan, atau temuan seseorang.

 Sistematika Makalah
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul,

(2)    abstrak, (3) pendahuluan, (4) isi dan pembahasan, (5) kesimpulan, dan (6) daftar pustaka. Makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilah term paper, biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu matakuliah, berupa hasil pembahasan buku atau tulisan tentang isu-isu atau suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat. Keenam komponen ini dapat diuraikan seperti berikut.

a) Judul karangan

Judul dapat dipandang sebagai tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya judul tidak boleh disajikan dalam bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi cukup dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang, Keraf (1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judul utama dan anak judul.


b) Abstrak

Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif, dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150—200 kata. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan, kesimpulan, dan saran yang ditulis secara padat.

c) Pendahuluan

Bagian pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah yang disusun dalam alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang diharapkan (das sollen dan das sein).

d)  Pembahasan

Bagian ini merupakan inti makalah. Pada bagian ini hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Pada bagian ini aspek-aspek yang dipersoalkan pada bagian pendahuluan dikaji dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang dipersoalkan itu menjadi jelas kedudukannya dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisnya, penulis hendaknya menggunakan teori, data, atau pandangan ahli.

e) Kesimpulan

Secara umum, kesimpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.

f) Daftar pustaka

Bagian ini memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam makalah. Rujukan ini disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama. Buku dan majalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya dari kiri ke kanan. Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis, tahun terbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama penerbitnya. Contoh:

Rifai, Mien A. (1997). Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Cetakan kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Praktik Menulis Makalah

Pemahaman terhadap konsep, jenis, dan sistematika makalah tidak menjamin mahasiswa dapat menulis makalah. Karena itu, mahasiswa perlu dilatih sejak dini dalam membuat artikel sederhana, bahkan mereka dapat diminta menulis apa yang cenderung mereka sukai seperti puisi. Setelah kegiatan ini dianggap cukup, barulah mahasiswa diminta untuk ‖berbelanja‖ pengetahuan, gagasan, dan teori dari artikel dan buku-buku yang dibacanya. Hasil ‖belanja‖ mereka perlu diikuti dengan kegiatan berikutnya, yaitu membuat laporan hasil membaca artikel atau bab dari sebuah buku seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu.

Sebelum menulis makalah, sebaiknya dibuat jejaring ide. Inti kegiatan ini ialah mengidentifikasi ide-ide pokok dan ide-ide penunjangnya. Jejaring ide bukan hanya berguna bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca. Melalui jejaring ide,


pembaca dapat mengikuti jalan pikiran penulis sehingga dapat menilai tulisan secara kritis. Alwasilah (2005: 96) mengemukakan beberapa langkah membuat jejaring ide seperti berikut.

a.       Sebelum menulis, siapkan kertas dan alat tulis.
b.      Pikirkan ide-ide pokok yang paling penting untuk ditulis.
c.       Batasi maksimal lima ide pokok
d.      Tulis ide pokok itu sesingkat mungkin dalam lingkaran-lingkaran.

e.       Hubungkan lingkaran-lingkaran itu dengan garis searah atau dua arah sesuai dengan pemikiran Anda.

f.       Gunakan pula garis patah-patah untuk menunjukkan hubungan tidak langsung. Visualisasi ide-ide ini sesungguhnya subjektif, tergantung pada penulis sendiri.

g.      Narasikan hubungan antara berbagai lingkaran itu.

Untuk mempermudah proses penulisan, jejaring di atas dapat disajikan dalam kerangka karangan.


Menulis Laporan

Kegiatan penulisan laporan, baik secara lisan maupun tertulis, erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat, dalam perkuliahan, dunia organisasi, dan lingkungan lainnya. Kegiatan ini bukan hanya merupakan kepentingan kaum dewasa, tetapi merupakan kepentingan kaum remaja, pelajar, dan mahasiswa. Karena itu, mereka perlu memahami dan menguasai cara menyusun laporan agar mampu menjalankan fungsi sosial dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, berikut ini akan diuraikan pengertian dan jenis laporan, sistematika laporan, menulis laporan, menyunting laporan, dan merevisi laporan. Karena pembahasan tentang laporan itu relatif luas, uraian berikut akan difokuskan pada jenis laporan tertulis yang erat kaitannya dengan kehidupan akademik di kampus agar memberikan kontribusi bagi mahasiswa dalam menunjang kelancaran studinya.

Pengertian dan Jenis Laporan

Laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan oleh pihak tertentu kepada pihak lain mengenai suatu masalah, baik secara lisan maupun tertulis, dan baik dalam kurun waktu tertentu secara rutin maupun dalam waktu tertensu saja. Pengertian ini menunjukkan unsur keilmiahan dalam penyusunan laporan.

Di samping itu pengertian di atas pun memperlihatkan cakupan jenis laporan yang demikian luas. Jenis laporan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti diuraikan berikut ini.

Pertama, dilihat dari segi isi atau materi yang dilaporkan, kita mengenal jenis laporan penelitian, laporan keuangan, dan laporan penghasilan.

Kedua, dilihat dari waktu pelaporannya yang periodik, kita mengetahui jenis laporan tahunan, triwulan, laporan semester, laporan bulanan, dan laporan mingguan.

Ketiga, dilihat dari cara penyampaian laporan, kita mengetahui jenis laporan lisan dan laporan tertulis.


Keempat, dilihat dari bentuk pelaksanaan suatu kegiatan, kita mengenal jenis laporan kegiatan tertentu seperti Laporan Kegiatan Peringatan Reuni, Laporan Kegiatan Peringatan Hari Kemerdekaan RI, dan Laporan Kegiatan Wisuda.

Kelima, dalam kehidupan akademik di perguruan tinggi terdapat jenis-jenis laporan yang erat kaitannya dengan tugas perkuliahan seperti Laporan Buku, Laporan Bab, Laporan Kuliah Lapangan, dan Laporan Artikel Jurnal.

Di samping jenis-jenis di atas, terdapat pula jenis laporan yang dikenal pada lingkungan organisasi atau institusi lain.

Jenis-jenis laporan di atas dapat didefinisikan dengan mengacu pada pengertian umum yang disajikan di atasnya dan dengan mempertimbangkan isi, waktu, cara, dan bentuk laporan serta lingkungannya.

Agar pihak penerima laporan dapat memahami isi laporan dengan mudah, cepat, dan benar, laporan hendaknya disusun berdasarkan sistematika tertentu seperti disajikan berikut ini.

Sistematika Laporan

Variasi laporan yang dikemukakan di atas berimplikasi terhadap sistematika penulisannya. Sekaitan dengan sistematika laporan kegiatan, khususnya laporan pengabdian kepada masyarakat, Abdurahman (1986:176) mengemukakan bahwa laporan itu terdiri atas judul laporan, penyusun laporan, kata pengantar, ringkasan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan ilustrasi, pendahuluan, pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.

Laporan buku, bab, dan artikel terdiri atas komponen (a) pendahuluan, (b) isi buku, bab, artikel, (c) komentar, dan (d) kesimpulan (UPI, 2005: 11).

Adapun laporan penelitian dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi terdiri atas komponen judul, nama dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV pembahasan hasil-hasil penelitian, bab V kesimpulan dan rekomendasi, daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis (UPI, 2005: 140).

Perbedaan sistematika terjadi karena keragaman isi, waktu, bentuk, dan lingkungan laporan. Varian sistematika di atas tidak akan diuraikan di sini karena akan menyita halaman yang banyak. Karena itu, uraian sistematika akan difokuskan pada bentuk laporan yang umum agar para mahasiswa dapat memanfaatkannya secara luas untuk berbagai kepentingan.

Secara umum, laporan terdiri dari beberapa komponen seperti berikut.
a.       Identitas laporan. Bagian ini memuat judul, penyusun, dan kata pengantar.

b.      Ringkasan. Nama lain dari bagian ini ialah abstrak atau ringkasan eksekutif, yang memuat identitas kegiatan, waktu, masalahm metode, hasil, dan rekomendasi.

c.       Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar ilustrasi.Tiga komponen yang terakhir disebutkan hanya disajikan apabila laporan itu memuat tabel, gambar, dan ilustrasi.

d.  Pendahuluan. Bagian ini memuat aspek-aspek yang diusulkan dalam proposal kegiatan.


e.       Landasan Teoretis atau uraian tentang suatu kebijakan. Jika laporan itu merupakan laporan ilmiah, bagian ini disebut landasan teoretis. Apabila, laporan itu berupa kegiatan, bagian ini memuat uraian tentang suatu kebijakan.

f.       Metode atau pelaksanaan kegiatan. Bagian ini menguraikan mekanisme dan prosedur penelitian atau kegiatan itu dilaksanakan.

g.      Hasil kegiatan
h.      Kesimpulan dan saran, atau rekomendasi, atau tindak lanjut.
i.        Daftar pustaka
j.        Lampiran-lampiran

Pada umumnya suatu institusi atau proyek memiliki sistematika laporan yang harus diikuti oleh unit-unit atau khalayak yang ada di bawah institusi tersebut. Dalam konteks ini, sistematika itulah yang perlu diikuti oleh penyusun laporan.

Menulis Proposal

Kemahiran dalam menulis proposal penelitian atau kegiatan akademik lainnya merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Indonesia sebagai insan terpelajar. Maka dari itu, mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang membantu mereka untuk memahami pengertian proposal akademik beserta kelengkapannya, termasuk surat resmi untuk permohonan ijin penelitian. Kegiatan utama pembelajaran adalah penulisan proposal lengkap, yang mencakup penyusunan buram, penyuntingan, dan penyempurnaan.

Kata proposal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja, misalnya, -- proposal proyek itu belum dapat disetujui oleh pemimpin proyek. Dalam bahasan ini, usulan itu difokuskan pada proposal penelitian yang merupakan salah satu langkah konkret pada tahap awal penelitian.

Bagi seorang peneliti, usulan penelitian dianggap sebagai proses/langkah awal untuk melaksanakan penelitian, dalam arti ia akan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. Sebagai suatu proses, penelitian memerlukan tahapan-tahapan tertentu yang disebut sebagai suatu siklus:

(1)   pemilihan masalah dan pernyataan hipotesisnya (jika ada),
(2)   pembuatan desain penelitian,
(3)   pengumpulan data,
(4)   pembuatan kode dan analisis data, dan
(5)   interpretasi hasilnya (Maria S.W. Soemardjono, 1997: 1—2).
Dalam  kenyataannya,  seorang  peneliti  dapat  mengakhiri  penelitiannya

setelah interpretasi hasil. Akan tetapi, proses penelitiannya sendiri tidak berhenti pada tahap itu. Ada kemungkinan bahwa penelitian yang dilakukan tidak membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti perlu melakukan revisi atas hipotesisnya dengan melewati tahap pertama. Atau, mungkin juga hipotesisnya benar tetapi terdapat kesalahan dalam menentukan dan memilih metode/desain penelitian. Oleh karena itu, peneliti perlu mengecek tahap mana yang harus diperbaiki dan disempurnakan.

Usulan penelitian pada umumnya memuat:
(1)   judul
(2)   latar belakang
(3)   tujuan penelitian


(4)   tinjauan pustaka
(5)   landasan teori
(6)   hipotesis (jika ada)
(7)   metode penelitian
(8)   jadwal kegiatan
(9)   daftar pustaka.

Judul penelitian hendaknya dibuat singkat, jelas, menunjukkan dengan tepat masalah yang akan diteliti, dan tidak memberi peluang bagi penafsiran/interpretasi yang bermacam-macam. Di samping itu, bahasa yang digunakan hendaknya bahasa ilmiah yang memenuhi standar tertentu dan mudah dipahami orang lain. Bahasa yang dipakai dalam menulis judul bukan berupa kalimat melainkan berupa kelompok kata (frasa).

Latar belakang berisi permasalahan, manfaat penelitian, dan keaslian/orisinalitas penelitian. Dalam permasalahan diuraikan masalah yang menarik minat dan mendesak untuk diteliti. Penelitian juga harus memberikan kontribusi/manfaat bagi kepentingan masyarakat (segi praktis) dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) atau segi teoretis. Penelitian harus asli, artinya masalah yang dipilih belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya atau harus dinyatakan dengan tegas bahwa pada aspek tertentu penelitian itu belum pernah dikaji secara mendalam.

Tujuan penelitian hendaknya dikemukakan dengan jelas dan tegas. Oleh karena itu, antara masalah, tujuan, dan simpulan yang ditarik dari hasil penelitian harus sinkrron. Jika masalah yang dikemukakan ada empat hal, maka tujuan juga harus dirumuskan dalam keempat hal tersebut. Melalui pengujian hipotesis (jika ada) terhadap keempat masalah/tujuan tersebut akan diperoleh simpulan yang meliputi keempat hal itu pula.

Tinjauan pustaka berisi uraian sistematis tentang berbagai informasi yang dikumpulkan dari sumber bacaan, referensi, dan data empirik yang ada hubungannya dan menunjang penelitian. Kejujuran akademik yang diwujudkan melalui etika pengutipan dan penyebutan sumber informasi mengharuskan peneliti untuk menuliskan sumber referensi yang diperoleh. Di sini juga penulis dituntut kritis terhadap informasi yang diperoleh, sehingga informasi yang dijadikan rujukan benar-benar relevan dengan masalah yang diteliti, dan tidak asal kutip sana kutip sini.

Landasan teori sekurang-kurangnya mengandung tiga hal pokok: (1) seperangkat proposisi yang berisi konstruk atau konsep yang sudah didefinisikan dan saling berhubungan, (2) penjelasan hubungan antarvariabel sehingga menghasilkan pandangan sistematis mengenai fenomena yang digambarkan oleh variabel-variabelnya, dan (3) penjelasan mengenai fenomena dengan cara menghubungkan variabel dengan variabel lain dan bagaimana hubungan antarvariabel itu. Landasan teori dijabarkan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka, dan akan merupakan suatu kerangka yang mendasari pemecahan masalah serta untuk merumuskan hipotesis (jika ada).

Hipotesis (jika ada) dirumuskan berdasarkan landasan teori atau berdasarkan tinjauan pustaka. Tidaklah tepat apabila ada pandangan bahwa penelitian harus memuat hipotesis. Pandangan itu diakibatkan oleh adanya persepsi yang menganggap bahwa suatu penelitian tanpa hipotesis tidak bersifat ilmiah. Kesalahpahaman ini dapat dihindari dengan memahami sifat penelitian


yang berbeda. Misalnya, kalau peneliti bertujuan memahami fenomena-fenomena sosial, budaya, dan pendidikan, maka hipotesis dapat diganti dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Masalah atau pertanyaan penelitian seperti inilah yang harus dijadikan panduan oleh peneliti.

Metode penelitian berisi tentang bahan atau materi penelitian, alat/instrumen, jalannya penelitian, variabel serta data yang dikumpulkan, dan analisis hasil. Dalam penelitian lazim dibedakan antara sumber data yang diperoleh langsung dari responden/informan (data primer) dan data yang diperoleh secara tidak langsung, misalnya, arsip, dokumen, dan sejenisnya (data sekunder). Apabila jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, penentuan wilayah dan subjek penelitian (populasi dan sampel) dapat disebutkan secara rinci. Dalam hal ini penentuan responden diperlukan pemahaman tentang teknik-teknik penarikan sampel. Kriteria terpenting yang menentukan kualitas sampel adalah representatif

– sejauh mana ciri-ciri sampel sama dengan ciri-ciri populasi yang diwakilinya. Ihwal alat/instrumen, pada umumnya dapat dipergunakan seperti

observasi, wawancara, keusioner, studi dokumen, dan sebagainya. Pemilihan instrumen bergantung pada beberapa pertimbangan, misalnya: (1) jumlah responden – apabila jumlahnya relatif terbatas, maka wawancara lebih tepat daripada kuesioner, (2) lokasi – penggunaan kuesioner lebih tepat jika penelitian meliputi daerah yang relatif luas, (3) data, jika pendapat yang lebih mendalam ingin diperoleh, metode wawancara lebih tepat, dan (4) pelaksana, jika pelaksana cukup banyak sedangkan responden relatif terbatas, wawancara atau observasi dapat digunakan, dan sebaliknya, penggunaan kuesioner lebih tepat (Arikunto, 1983: 116).

Jalannya penelitian adalah cara melakukan penelitian dan cara mengumpulkan data. Berdasarkan tipe data yang digunakan, diuraikan cara mengumpulkan data melalui alat pengumpulan data yang dipilih. Variabel penelitian dijabarkan melalui definisi operasional yang sedapat-dapatnya menggambarkan dasar pengukuran serta kisarannya. Validitas data antara lain akan tampak dalam penjabaran variabel ini. Adapun analisis hasil berisi uraian tentang cara-cara analisis, yaitu bagaimana memanfaatkan data yang terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan masalah penelitian.

Dalam jadwal penelitian ditunjukkan tahap-tahap dengan rincian/uraian setiap kegiatan dan jangka waktunya.

Daftar pustaka dapat disusun menurut aturan yang lazim, yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Apa pun cara penulisan yang dipilih hendaknya digunakan secara konsisten.

Contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut.

Purwo, K.B. (1989). Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Flood, J., J.M. Jensin, dan J.R. Squire. (1991). Handbook of Research on

Teaching the English Language Arts. New York: Macmillan Company.

Wohlstetter,    P.   et   al.    (2000).    ―Organizing  for   Successful   School-Based

Management.‖ http://www.ascd.org/readingroom/books/wohlstetter9 books.html.

Berikut ini dicontohkan kerangka usulan penelitian yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh calon peneliti.


Kerangka Usulan Penelitian
a.   Judul
b.   Latar Belakang, berisi:
a)      Perumusan masalah/permasalahan
b)      Keaslian/orisinalitas penelitian
c)      Manfaat penelitian
c.   Tujuan Penelitian
d.  Tinjauan Pustaka
e.   Landasan Teori
f.  Hipotesis (jika ada)
g.  Metode/Cara Penelitian, yang berisi:
a)      Bahan/materi penelitian
b)      Alat/instrumen pengumpulan data
c)      Jalannya penelitian
d)     Variabel dan data yang dikumpulkan
e)      Analisis hasil
h.  Jadwal Penelitian, yang berisi:
a)      Tahap-tahap penelitian
b)      Rincian kegiatan pada setiap tahap
c)      Jangka waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan
i.   Daftar Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Orang yang berhak menerima zakat (Mustahiq Zakat) dan orang yang tidak berhak menerima zakat serta BAZNAS

Orang- orang yang berhak menerima zakat disebut Mustahiq zakat . Kata asal mustahiq yaitu haqqo yahiqqu hiqqon wa hiqqotan yang artiny...